Rabu, 31 Juli 2013

Beneran nih,,? Tidak Butuh Asuransi??

Anda tidak butuh Asuransi? Coba renungkan dulu tulisan berikut.
Mari perhatikan …
Bagaimana pemerintah mengasuransikan semua PNS di ASKES dan menyiapkan dana pensiunnya di TASPEN ?!?
Bagaimana Semua BANK mengasuransikan semua orang yang mengajukan kredit pada bank tersebut ?!?
Bagaimana setiap maskapai penerbangan/perusahaan jasa angkutan ternama juga mengasuransikan semua penumpangnya?!?
Rumah diasuransikan dari resiko banjir,kebakaran/musibah, kendaraan di asuransi all risk dan lain-lain ?!?
Pertanyaannya :
Apakah semua instansi/perusahaan di atas tidak punya cukup uang untuk mengcover pembiayaan resiko yg bisa saja terjadi sehingga harus memiliki Asuransi?? Apakah mereka yakin bahwa setiap rumah yg dijaminkan PASTI TERBAKAR hingga harus di asuransikan, atau setiap mobil PASTI HILANG hingga memilih di asuransikan??
Ternyata, Asuransi itu lebih untuk MENCIPTAKAN RASA AMAN
Saat ini saya mengasuransikan diri saya, dan keluarga saya bukan karena saya ingin sakit.. Juga bukan berarti saya ingin MATI BESOK.
Saya punya asuransi karena,
1. Saya ingin, jika terjadi sakit kritis saya tidak perlu MENJUAL ASET yang sudah saya kumpulkan sejak lama, namun Asuransilah yang membayar biaya penyembuhan saya.
2. Dan saya mau, ketika tiba saatnya Tuhan panggil saya, maka Istri dan anak-anak saya TETAP MEMILIKI KEHIDUPAN TERBAIKNYA, sama seperti kala saya masih bersama mereka.
3. Saya juga ingin, di hari tua saya tetap SEJAHTERA dan dapat menikmati masa pensiun dengan bahagia, karna mempunyai Dana Pensiun yang cukup.
4. Saya juga ingin menyekolahkan anak-anak saya di tempat yang terbaik sesuai dengan IMPIAN mereka.
Penyesalan selalu datang terlambat. Milikilah Asuransi dan fahami asuransi apa yang ingin anda miliki.
ASURANSI ITU BAIK dan SEMUA ORANG BUTUH ASURANSI



Asuransi Buat Apa Sih ??

.. Ada yang bilang “Ngapain beli asuransi, kayak kita ga Percaya Tuhan aja”
Hehe… taukah Anda, bahwa para Jamaah Haji yg saat ini sedang melakukan ibadah haji SEMUA DIASURANSIKAN.
Padahal mereka jelas2 TAMU ALLOH Suhanahu Wata’ala, harusnya mereka ga perlu lagi repot-repot daftar dan bayar Asuransi dong?
Memang bener, rizki itu udah Alloh yg atur. Tapi kan kita juga diperintah untuk BEKERJA mencari rizki yg banyak terhampar itu. Kalo hanya berdiam saja, mana mungkin rizki itu datang sendiri.
Sederhana aja sobat…. Asuransi adalah bagian dari “Usaha Manusia” untuk merencanakan masa depan.
Di asuransi itu prinsipnya sederhana. “Tolong Menolong”
Kalau ada 1 orang yg sakit, maka biayanya ditanggung Rame-rame.
Kalau ada peserta asuransi yg meninggal, maka Keluarganya “Disumbang Rame-rame” oleh seluruh peserta asuransi.
Nah, di asuransi ini… Jika ada orang yang sakit/meninggal, maka Anggota asuransi nya bukan hanya 1 kampung yg jumlahnya hanya ratusan orang, tapi anggotanya berjumlah JUTAAN ORANG. Jadi di asuransi, jika salahsatu dari peserta tertimpa suatu musibah, disumbang oleh Jutaan peserta. Ini sangat sesuai dengan apa yg dicontohkan Rosululloh SAW mengenai konsep ta’awun.
Makanya, walaupun baru ikut 1 bulan jd peserta Asuransi, yg bersangkutan tetap berhak atas “SUMBANGAN” dr seluruh peserta hingga bisa terima dana santunan “SANGAT BESAR”.
Ber-Asuransi mirip dgn menabung di bank, kelebihannya adalah di perlindungan finansial dari resiko terjadinya musibah, supaya tabungan kita tetap utuh walaupun saat musibah itu datang. Alhamdulillah ternyata peserta asuransi sehat selalu dan panjang umur, maka semua uang yg telah disetorkan peserta adalah seluruhnya milik peserta yang bisa diambil kapan saja ketika peserta membutuhkannya. Ditambah dengan bagi hasil dari pengembangan dana tabarru di instrumen syariah. Jadi banyak untungnya yg punya Asuransi kan?
So,, Mari BerAsuransi
Polis Asuransi

Perlukah Saya Asuransi Jiwa ??

Rekan saya Budi bertanya pada saya “Perlukah Saya Akan Sebuah Asuransi Jiwa?” Pertanyaan tersebut mengingatkan saya akan sebuah iklan telepon gengam di televisi yang mengatakan “hari gini tidak punya henpon” saya plesetkan “hari gini masih tanya perlu enggak asuransi jiwa”. Kenapa begitu karena Budi ini lulusan dari sebuah universitas beken di Inggris dan saat ini kerjanya di sebuah Bank terkenal di Jakarta dalam posisi jabatan manager dan saya pikir pengetahuan dan lingkungan dia pastinya sudah tahu akan hal-hal lain yang berhubungan dengan pencarian solusi untuk menghadapi masa depan nanti baik pada saat tua atau kemungkinan adanya suatu kejadian yang tiba-tiba sehingga dia harus meninggalkan keluarga tercinta menghadap super bos yaitu Tuhan YME. Apakah itu yang namanya Nilai Ekonomi, Rencana Keuangan Masa Depan, Dunia Penuh Ketidakpastian dan hal yang lain. Saya berusaha memahami Budi mengapa ada pertanyaan perlukah saya asuransi jiwa artinya mengapa timbul pertanyaan tersebut, lalu terjadilah obrolan itu antar saya dan Budi yang asyik di Starbucks Plaza Senayan.
Saya tanya sama Budi, berapa umur kamu sekarang. Dia katakan saat ini umurnya 35 tahun lalu. Lalu Bagaimana kondisi Istri dan Anak. Dia bilang Istri kerja di perusahaan swasta juga yaitu perusahaan konsultan di Jakarta sebagai PR tukang haloo2 publik relation dengan umur 30 tahun dan anaknya ada 2 orang yang pertama, seorang perempuan umur 10 tahun saat ini kelas 4 di SD Al Azhar Kebayoran dan yang kedua kelas 1 SD di sekolah yang sama. Lalu saya tanya lagi punya cita-cita apa sih nantinya untuk kalian berdua dan juga bagi anak2. Dia bilang “tentunya ada dong-bahkan segudang cita2nya”. Ini dia yang Budi inginkan:
1.. Aku mau pensiun umur 55 tahun dan setelah itu mau buka restoran kecil-kecilan di Jakarta.
2. Istriku mau pensiun juga dengan umur lebih cepat karena kalau aku buka usaha dia mau bantuin.
3. Anakku yang pertama perempuan selesai SMA mau aku kirim ke Australia ambil sekolah bisnis dan yang nomer 2 laki2 selesai SMA mau aku kirim ke Inggris kesekolahku dulu.
Lalu pertanyaan sederhana saya ajukan ke Budi, “Itu semua kan perlu dana ?” Dia jawab “Ialah pasti – emangnya dateng dari langit, dan oleh karena itulah aku dan istriku kerja untuk bisa meraih cita-citaku itu, dari sekarang kami sudah mulai menabung sama cari sampingan income deh kan masih ada waktu panjang 20 tahun lagi ya kan ?”.
Saya beri pertanyaan lagi yang menggelitik Budi, “Emangnya sekarang udah cukup tabunganmu yang diambil dari gaji dan sampingan income kalian berdua untuk dana sekolah anak-anak ke luar negeri sama buka restoran nantinya ?” Budi jawab “Cukup sih belon tapi kita kan usaha dan doa sama Tuhan semoga dikasih rezeki terus”
Kemudian saya tanya lagi “Budi kalau nabung dari pendapatan berdua setiap bulan bisa berapa persen (%) ?” Sambil tersenyum dia bilang “he he he maksimum 30% kadang2 lebih kecil kadang-kadang enggak kebagian dipakai untuk anak-anak tuh”
Saya ajukan lagi pertanyaan pamungkas “Budi dengan cara begitu emang 20 tahun lagi dijamin punya dana cukup untuk cita-cita sekolah anak dan usaha restoran, lalu gimana jika sebelum 20 tahun Super Boss panggil kamu untuk menghadap, dan yakinkah Istri bisa gantikan posisi kamu sebagai penghasil income dan bisa-bisa cita-cita tinggi tinggal cita-cita aja lho”
Budi kasih respon yamg alamiah “Iya sih emang kalo mikir gitu suka ngeri juga tapi yah kita jalanain aja dengan cari makan halal dan suka nolong orang pasti Tuhan kasih jalan buat kita deh “
Saya tutup dengan suatu ajakan pada Budi “Budi maukah cita-citamu dapat terwujud dengan menyediakan persedian dana yang disiapkan dari sekarang berdasarkan kemampuan distribusi income kamu saat ini dimana dana tersebut akan berfungsi saat nanti kamu pensiun ataupun jika dipanggil super boss suatu saat, bentuknya sama seperti kamu nabung di Bank”
Dengan jujur dan raut muka yang ingin tahu Budi menjawab “Maulah, lalu GIMANA CARANYA ?”
Dari obrolan itu bisa ditarik benang merah bahwasanya setiap orang dan setiap keluarga punya tujuan hidup, punya cita2 yang tentunya ingin terwujud nantinya tetapi ada kendala yaitu manusia itu ada batasan usia untuk produktif dan juga ada batas bahwa setiap orang akan meninggal hanya masalahnya kapan akan meninggal itu yang tidak bisa dipastikan kapannya. Manusia bisa hidup terlalu panjang usianya atau mungkin pendek usianya dan bisa terjadi selama perjalanan hidupnya, ada saatnya sakit, ada kecelakaan yang semuanya itu perlu dana untuk menanggulanginya. Ibarat mobil yang punya ban serep tetapi tidak pernah tahu kapan pastinya ban serep itu digunakan tetapi di bagasi harus selalu ada ban tersebut agar timbul rasa aman secara emosional maupun ekonomi jika terjadi ban kempes di tengah perjalanannya.
Mobil punya nilai ekonomi maka manusiapun punya nilai ekonomi. Orang suka dan bahkan merasa wajib untuk mengasuransikan mobil, rumah dan barang lain yang bernilai ekonomi tetapi terkadang orang lupa mengasuransikan nilai ekonomi yang utamanya yaitu dirinya sendiri. Kijang Inova baru berkisar Rp.200 juta dan pemiliknya bersedia mengeluarkan biaya Rp 6 juta pertahun untuk premi asuransi mobilnya walau dengan resiko jika akhir tahun mobilnya masih mulus maka uang tersebut akan melayang tidak kembali ke kantong pemilik mobil. Mengapa itu terjadi karena mereka ingin rasa aman baik secara moril maupun ekonomi. Lucunya untuk dirinya sendiri hal tersebut tidak terpikirkan atau ada juga yang tidak mau menilai bahwa dirinya sebetulnya punya nilai ekonomi yang nilainya bisa lebih dari Rp.200 juta bahkan mungkin tidak bisa dinilai dengan uang.
Pertanyaan menggelitik “mengapa banyak orang yang sering menunda melakukan persiapan sejak dini” padahal persiapan adalah bagian dari suatu rencana. Dan banyak orang mengatakan bahwa ketidaksuksesan itu kontribusinya datang dari karena tidak punyanya rencana atau tidak merencanakan dengan baik sejak awal.
Memiliki asuransi jiwa adalah bagian dari suatu rencana, polis asuransi jiwa adalah suatu alat untuk menanggulangi masalah, masalah hilangnya nilai ekonomi seseorang dalam artian hilangnya atau berkurangnya pendapatan / gaji seseorang baik karena masa pensiun sehingga pendapatan tetap akan berkurang (stop bekerja regular). Sedangkan biaya hidup tidak menurun pada saat tua apalagi jika terjadi resiko sakit yang berkepanjangan yang perlu biaya besar, bisa juga hilang pendapatan karena meninggal normal atau karena kecelakaan. Bagaimana jika itu terjadi adakah persiapan sudah dimiliki seperti perlunya ban serep di mobil kita yang tidak pasti kapan ban mobil kita akan kempes.Intinya “Hidup penuh ketidakpastian dan ketidakpastian itu adalah resiko lalu membuat ketidakpastian menjadi pasti bisa ditanggulangi, maka diperlukan rencana bagaimana menaggulanginya dan kita ketahui bersama bahwa persiapan adalah bagian dari suatu rencana. Polis asuransi jiwa adalah persiapan, adalah suatu bagian dari rencana untuk menghadapi resiko, resiko yang bisa diduga dan kita persiapkan cara penanggulangannya akan membantu kita semua mencapai tujuan hidup atau cita-cita hidup kita”
Obrolan saya dengan Budi di Starbuck diakhiri dengan kedamaian dan ketentraman serta kerelaan dan berbuah munculnya Sebuah SOLUSI untuk menanggulangi resiko ketidakpastian di masa depan. Cita-cita hidupnya bersama keluarganya, dan dia sudah setuju menanda tangani satu kontrak perlindungan asurasi jiwa selama 20 tahun.
Selamat untuk Budi dan juga buat Budi yang lain yang sudah punya perlindungan dan selamat datang bagi Budi lain yang belum punya perlindungan.

Prudential Always Listening. Always Understanding